THE WINDOW

 

Prolog – Aku Sang Jendela

Aku bukan siapa-siapa.
Hanya sebuah jendela tua di sudut ruangan yang tak pernah benar-benar sunyi.

Tak ada yang memperhatikanku. Tak ada yang menyapaku.
Tapi aku di sini, sejak awal. Menyaksikan segalanya dalam diam.
Langkah kaki pertama. Nafas yang terengah. Isak yang tertahan.
Tawa yang dipaksakan. Tangan yang saling menggenggam di tengah ketidakpastian.

Aku melihat tujuh bayangan datang satu per satu.
Tak serempak. Tak selalu bersama. Tapi perlahan, mereka belajar untuk saling menunggu.
Mereka bukan cahaya dari awal — mereka hanya warna-warna luka yang masih mencari tempatnya.

Lalu badai datang. Berulang kali. Membuat dinding bergetar, lantai basah, dan udara menusuk.
Tapi mereka tidak pergi.
Dan setelah semua itu… pelangi itu tumbuh. Tepat di hadapanku.

Jika aku bisa bicara, aku ingin memberitahumu
tentang mereka —
warna-warna yang jatuh, hancur, bangkit,
dan akhirnya menyatu menjadi satu langit penuh harapan.

Karena pelangi tak pernah muncul tanpa badai.
Dan aku adalah jendela yang menyaksikan semuanya.


"Ini bukan kisahku. Tapi jika jendela bisa bicara,
inilah cerita yang ingin kusampaikan padamu."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Epilog – Denting Terakhir

DENTING

Bab 2 – Laut yang Tak Lagi Sama