Bab 5: Dinding Kabut
Kabut turun lebih tebal di lembah itu, seolah waktu sendiri enggan bergerak. Hutan merapat, pohon-pohon tinggi seolah berbisik satu sama lain. Di tengah segala sunyi itu, hanya suara napas Kael yang berat terdengar, terputus-putus di antara langkahnya yang tertatih.
Aireen menopangnya. Tubuh Kael masih panas, luka di lengannya belum membaik meski telah dibalut ramuan akar oleh para penjaga sebelum mereka pergi. Namun bukan hanya luka itu yang membebani Kael, melainkan sesuatu yang lebih dalam: resonansi yang mulai melawan tubuhnya sendiri.
"Resonansi Bentala tak bisa dipaksa, bahkan oleh penjaganya sendiri," gumam Kael lirih, seolah menjawab pertanyaan yang tak ditanyakan.
Aireen diam. Mereka berjalan menembus kabut hingga tiba di bibir tebing rendah. Di sana, lembah menganga lebar dan sunyi. Kabut di sini bukan hanya uap air—melainkan sesuatu yang hidup, seolah menunggu untuk menelan siapa pun yang tak diundang.
"Inilah Dinding Kabut," ujar Kael. "Tempat di mana langit pernah mencoba membunuh bumi. Tapi gagal."
Aireen memandang ke dalam. Tidak ada jalur. Tidak ada penanda. Hanya putih pekat dan bau garam yang aneh, seperti aroma laut yang pernah ada.
Lalu ia mendengar langkah.
Bukan dari Kael.
Langkah itu berat. Presisi. Seperti mesin yang diajari cara berjalan seperti manusia.
Dari balik kabut, sesosok tubuh muncul.
Tinggi. Kurus. Kulit pucat keperakan. Mata menyala biru redup. Tubuhnya manusia—tapi terlalu simetris, terlalu... benar.
Makhluk itu melangkah lebih dekat. Matanya yang biru menatap dingin dan tak berkedip.
Kael menyipitkan mata. "Itu... bukan drone biasa. Bukan manusia juga."
Ia menelan ludah, lalu melanjutkan, lebih kepada dirinya sendiri. "Apa yang sudah mereka ciptakan di atas sana...?"
Aireen menelan ludah. "VIREX pernah menguji proyek hibrida... tapi kupikir itu dibatalkan."
Makhluk itu akhirnya berbicara. Suaranya datar, seperti berasal dari ruang gema.
"Identifikasi: Unit Hybrid-04. Subjek: Vos, Aireen. Kode genetik cocok. Integritas Nayanika: terancam. Protokol eliminasi diaktifkan."
Hybrid-04 melangkah maju. Matanya menatap Aireen.
"Subjek identifikasi: Vos, Aireen. Kode genetik cocok. Integritas Nayanika: terancam. Protokol eliminasi diaktifkan."
Kael berdiri, meski tubuhnya masih goyah.
"Jika kau ingin dia," katanya, "kau harus melewati aku."
Hybrid-04 tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepala. Dan udara di sekeliling mereka... berubah.
Hybrid-04 menyerang pertama. Ia melesat seperti kilat, menembus kabut dengan kecepatan yang tak manusiawi. Kael nyaris tak sempat mengangkat tangan ketika pukulan logam mendarat di dadanya, menghentakkannya mundur beberapa langkah.
Akar-akar di sekitar Kael bereaksi. Mereka bangkit, bergetar, menyambar ke arah penyerang. Namun Hybrid-04 bergerak terlalu presisi. Ia memotong akar-akar itu dengan pisau energi yang muncul dari pergelangan tangannya—biru dan steril.
Kael jatuh berlutut. Tanah tak lagi menjawab secepat sebelumnya. Ia kelelahan. Resonansi di tubuhnya bergetar, tak stabil.
Aireen berteriak. Ia mengangkat tangannya, menyalakan chip kontrol. Udara di sekitarnya membentuk grid data—kode hijau menyebar ke sekeliling, mencoba mengunci sistem musuh.
"Neurolock... aktif," gumamnya.
Hybrid-04 tersendat. Gerakannya melambat. Ia menggelengkan kepala seperti menolak, lalu memutar tubuhnya ke arah Aireen.
"Gangguan terdeteksi. Resonansi non-kategori... meningkat."
Aireen menahan napas. Tubuhnya bergetar. Chip di tangannya panas. Tapi sesuatu yang lain juga bangkit—bukan dari chip, tapi dari tanah di bawah kakinya. Ia merasakannya...
Suara samar.
Nada.
Gema.
Seolah bumi mulai mengenalinya.
Hybrid-04 melompat. Tapi sebelum ia bisa menyentuh Aireen, sebuah akar mencuat dari tanah—tanpa dikendalikan Kael. Ia melindungi Aireen seperti tameng hidup.
Kael membuka matanya perlahan. Ia melihatnya.
"Kau... mulai mendengar," bisiknya.
Aireen menatap tangannya. Cahaya samar keluar dari kulitnya. Resonansi Nayanika... dan sesuatu yang lebih tua... menyatu perlahan.
"Kael, bangkitlah... Aku butuhmu. Tanah ini... mulai bicara padaku. Tapi aku belum mengerti bahasanya."
Kael menggertakkan gigi. Dengan satu tarikan napas, ia menancapkan tangan ke tanah.
"Jika ia bicara padamu... maka kita belum kalah."
Tanah bergetar. Kabut menyebar. Dan Resonansi Bentala menjawab lagi—bukan hanya untuk Kael.
Untuk mereka berdua.
Pertarungan kembali meledak. Kali ini, dengan kekuatan dua dunia.
Hybrid-04 membeku di tempatnya.
Sensor internalnya menjerit dalam diam. Resonansi di sekelilingnya melonjak—tidak terklasifikasi, tidak terkendali. Aireen dan Kael berdiri dalam satu frekuensi baru yang tak dikenali oleh perintah algoritma mana pun.
"Anomali... tidak dapat dinetralisir."
Mata birunya meredup sejenak. Lalu ia mundur satu langkah, lalu satu lagi—bukan karena takut, tapi karena logikanya tak mampu menemukan celah.
Prioritas misi diubah: data harus dikirim kembali. Subjek tidak dapat dieliminasi. Belum.
Dalam sekejap, tubuh Hybrid-04 menyatu kembali ke dalam kabut. Menghilang—bukan lenyap, tapi bersembunyi.
Aireen menatap tempat makhluk itu menghilang, napasnya masih tersengal.
"Ia akan kembali," gumam Kael.
"Biarkan saja," jawab Aireen. Suaranya tenang, tapi matanya menyala. "Kali ini, kita juga punya sesuatu untuk dilindungi."
Dan di langit jauh di atas sana, mata VIREX bergetar kecil. Sebuah data baru masuk:
SUBJEK AIREEN VOS: TRANSISI RESONANSI GANDA TERDETEKSI. RISIKO SISTEM: KRITIKAL. REKOMENDASI: ELIMINASI SEGERA.
Komentar
Posting Komentar