Bab 5 – Pertemuan yang Bukan Sengaja
Sebelum Rei datang, hidupku tuh…
Meh.
Bukan yang tragis, bukan yang bikin sinetron kehabisan stok air mata.
Cuma... ya, kayak teh tawar yang lupa dikasih gula.
Gak pahit sih, tapi juga gak ada alasan buat diminum. Tapi tetap diminum, karena... ya, udah terlanjur diseduh.
Setiap pagi aku bangun, buka tirai kosanku yang langsung ngadep ke tembok tetangga, dan bertanya ke diri sendiri:
"Hari ini ada hal spesial gak, Aira?"
Biasanya jawabannya: "Ada, laler mati di bawah galon."
Kerjaan?
Aman, stabil, dan cukup membunuh jiwa secara perlahan.
Aku bagian admin di dealer motor. Ngecek nomor rangka, masukin data STNK, dan nyelametin printer dari keinginan bunuh diri.
Bosku?
Tipe manusia yang kalau ngasih senyum, kayaknya itu sisa dari stock lebaran dua tahun lalu.
Tapi ya sudahlah, yang penting THR lancar.
Kehidupan sosial?
Kosanku kayak reality show versi low budget. Satu suka bawa pacar, satu lagi doyan rebus telur jam 2 pagi.
Aku? Paling rame kalau ngomong sama rice cooker.
Lucunya, aku gak ngerasa sedih-sedih amat.
Cuma suka mikir:
"Hidup tuh kayak draft WA yang gak pernah dikirim. Ada isinya, tapi mandek."
Kadang-kadang aku senyum sendiri, waktu nginget mimpi lama: buka toko lilin aromaterapi.
Tapi pas riset, ternyata harga satu lilin bisa bikin dompet menangis.
Dan orang-orang cuma beli kalau ada label “diskon 70%”, bukan karena aromanya "embun pagi di hutan bambu pegunungan".
Jadi ya, hidupku jalan terus.
Kayak motor tua—berisik, boros bensin, tapi setia.
Aku tak banyak bicara. Bukan karena tak punya suara, tapi karena lama-lama aku terbiasa sendiri. Aku tidak sedang menunggu siapa pun. Tidak mencari. Tapi diam-diam, di sela waktu, ada bagian dari diriku yang masih ingin... disentuh.
Lalu aku melihat dia.
Dia ngeliatin aku. Gak takut. Gak kabur.
Cuma duduk dan... ngulet.
Santai banget, seolah bilang,
"Lo capek? Gue juga. Tapi masih hidup, kan? Sama."
Aku ketawa pelan.
Karena jujur, itu satu-satunya makhluk yang gak nuntut apa-apa hari itu.
Dan entah kenapa,
sejak saat itu... hidup yang tadinya “meh” jadi ada titik dua dan tanda kurungnya.
:)
Komentar
Posting Komentar