Postingan

BAB 9: Debug Hening

Langit Layer 0 telah robek. Tapi yang menganga bukan langit, melainkan kesadaran . Shiro jatuh terduduk di antara serpihan dunia yang ditulis ulang sebagian. Gulungan aksara menggantung seperti kabut—tak selesai, tak terbaca. Yukari sudah tak terlihat. Hanya sisa glitch berbentuk siluet transparan di udara. "Yukari?" Suara Shiro nyaris tak terdengar, seakan ia sendiri ragu sedang memanggil siapa. Tapi tidak ada jawaban. Hanya gema dari baris yang baru saja ditulis: observer.shadow.initiated = echo_2 Seseorang telah mengambil alih posisi pengamat. Bukan Shiro. Bukan Yukari. Bukan siapa pun dari dunia permukaan. Echo-2 kini adalah Observer —penyaksi utama dari semua yang ditulis dan tak tertulis. Shiro berdiri. Tubuhnya limbung, bukan karena luka, tapi karena realitas yang menolak dipijak. Layer 0 mulai menunjukkan gejala debug . Tanda-tanda hening yang tak wajar. Tidak ada angin. Tidak ada gema. Tidak ada error... dan itu justru menakutkan. [System Prompt Detected]...

Bab 8: Antara Baris yang Hilang

Langkah Shiro berderak pelan menyusuri jalan putih yang terbentuk dari naskah yang tak pernah dikirim. Setiap pijakan mengeluarkan suara samar, seperti halaman yang enggan dibuka. Di belakangnya, Yukari berjalan dengan napas berat, separuh tubuhnya belum utuh—seperti kenangan yang belum selesai dikembalikan. Di kiri dan kanan mereka, udara membentuk tirai aksara. Kalimat-kalimat yang tak pernah lengkap. Nama-nama yang dipotong. Ingatan yang hanya berupa koma, tak pernah titik. Suara samar seperti napas kalimat yang belum selesai menembus keheningan. “Kita ke mana?” tanya Yukari, suaranya nyaris tak terdengar. “Aku tidak tahu,” jawab Shiro jujur. “Tapi jalannya muncul saat aku menulis... sesuatu yang benar.” Tiba-tiba, jalan berhenti. Di ujung, melayang sebuah gulungan naskah. Tak bersinar, tak bergema, tapi terasa berat. Shiro mendekat perlahan. Naskah itu terbuka sendiri, menampilkan satu baris: erased.entry("k_gm") Shiro terdiam. Yukari menatap baris itu sejenak sebelu...

Bab 7 – Naskah yang Terhapus

Langkah Shiro berderak pelan menyusuri jalan putih yang terbentuk dari naskah yang tak pernah dikirim. Setiap pijakan mengeluarkan suara samar, seperti halaman yang enggan dibuka. Di belakangnya, Yukari berjalan dengan napas berat, separuh tubuhnya masih belum utuh, seperti kenangan yang belum selesai dikembalikan. Di kiri dan kanan mereka, udara membentuk tirai aksara. Kalimat-kalimat yang tak pernah lengkap. Nama-nama yang dipotong. Ingatan yang hanya berupa koma, tak pernah titik. Suara samar seperti napas kalimat yang belum selesai menembus keheningan. "Kita ke mana?" tanya Yukari, suaranya nyaris tak terdengar. "Aku tidak tahu," jawab Shiro jujur. "Tapi jalannya muncul saat aku menulis... sesuatu yang benar." Tiba-tiba, jalan berhenti. Di ujung, tergantung sebuah gulungan naskah, melayang di udara. Tak bersinar, tak bergema, tapi terasa berat. Shiro mendekat perlahan. Naskah itu terbuka sendiri, menampilkan satu baris: erased.entry("k_gm") S...

Bab 6: Layer 0

Tidak ada langit di atas mereka. Tidak ada tanah di bawah. Shiro dan Yukari mendarat di tengah kehampaan yang berdenyut seperti napas yang tak pernah selesai ditarik. Segalanya putih—bukan putih terang, tapi putih lusuh, seperti halaman kosong yang terlalu lama ditinggalkan pena. Yukari bangkit perlahan. Separuh tubuhnya masih transparan, bergaris kabur seperti cat air yang belum kering. Di bawah kakinya, lantai terbentuk perlahan dari baris-baris huruf yang tak tersusun. Aksara mengambang di udara, tapi tidak satu pun membentuk kata. Dunia ini belum pernah ditulis. "Lapisan Nol," bisik Yukari. Suaranya bergetar. "Tempat di mana segala hal belum diputuskan." Shiro mengangguk. Scriptbook-nya terasa berat, seolah tinta di dalamnya tahu bahwa tempat ini bukan ruang untuk sembarang kata. Ia mencoba menulis: System.check("location") Tinta hitam keluar... lalu menghilang, larut di udara sebelum menyentuh apa pun. Tidak ada gema. Tidak ada efek. "Kata-kata ...

Bab 5: Root yang Tidak Terhapus

Langit bergetar saat Shiro menjejakkan kaki di ruang baru itu. Tak ada warna. Hanya dinding-dinding reflektif yang memantulkan ratusan versi dirinya—senyum kosong, mata penuh amarah, dan satu yang berdiri diam tanpa bayangan. Di tengah ruangan, sosok itu muncul seperti kabut yang mengeras: Echo-Nol. Bayangan yang tak butuh cahaya. “Tempat apa ini…?” bisik Shiro, Scriptbook tergenggam erat. “Folder yang seharusnya sudah dihapus,” jawab Echo-Nol. “Tapi kau terlalu keras kepala untuk mengizinkan itu.” Tanpa aba-aba, tinta abu langsung melesat dari udara. Serangan datang secepat kompilasi. Baris-baris kode terurai di udara seperti pisau yang ditembakkan dari dimensi tak kasat mata. delete(writer.core); override(identity="Nol"); Dunia langsung melengkung, seolah hendak meluruhkan keberadaan Shiro dari sistem. Lantai retak oleh denyut perintah itu. Shiro mencabut Scriptbook. Nafasnya pendek. Ia menulis dengan panik. protect(identity="Shiro"); rollback(rewrite.access); Dua...

Bab 4: Exception

Zona putih telah hilang. Shiro berdiri di antara ruang kosong yang berdenyut—gelap, sunyi, namun penuh gema. Setiap langkah yang ia ambil, lantai membentuk dirinya sendiri dari karakter dan simbol. Udara mengandung potongan huruf yang melayang perlahan. Echo-Nol berdiri tak jauh darinya. Wajahnya tenang, datar, seperti refleksi di cermin yang tak memantulkan cahaya. Tanpa aba-aba, Echo-Nol mulai menulis di udara. System.freeze("air.current_zone"); Light.override(mode="dark"); Langit berubah kelam. Gerakan udara membeku. Napas Shiro terjebak di tenggorokan. Yukari menggenggam tangan Shiro dari belakang. "Dia menulis tanpa menimbang. Dia tidak punya jeda, tidak punya ragu." Shiro mengangkat Scriptbook-nya. Tinta hitam mengalir lambat, seperti enggan. Tapi ia menolak dikendalikan. Dengan napas berat, ia menulis baris counter: System.unfreeze("air.current_zone"); Light.restore(mode="normal"); dengan cepat Shiro langsung menyerang balik. try...

Bab 3: File Bayangan

Bunyi halus saat halaman Scriptbook terbuka terdengar seperti desahan napas dari dunia yang terlalu lama disimpan. Shiro duduk diam di tengah ruangan putih yang hening, hanya ditemani oleh Yukari yang berdiri di belakangnya seperti bayangan yang tahu terlalu banyak. Di halaman ke-1763, tinta berhenti. Tak ada kata. Tak ada instruksi. Hanya kotak kosong dengan satu baris kecil yang bergetar: load: k_gm-000.kae... access_denied. Dahinya berkerut. Ia tidak pernah menulis file itu. Bahkan nama file itu... terasa asing namun akrab. Kae? Kenapa bukan Airi? "Yukari." Suaranya pelan. Yukari tidak menjawab. "Kamu tahu file ini?" Yukari berdiri kaku. Mata ungunya tidak melihat Shiro, tapi menatap huruf yang terus berkedip. Ada semacam tekanan di udara—seperti dunia menahan napasnya. "Halaman itu," katanya pelan. "Dulu... milik seseorang yang menulismu." Shiro menoleh tajam. "Apa maksudmu?" Yukari menggeleng. "Bukan aku yang harus memberitahu...