Bab 8: Antara Baris yang Hilang

Langkah Shiro berderak pelan menyusuri jalan putih yang terbentuk dari naskah yang tak pernah dikirim. Setiap pijakan mengeluarkan suara samar, seperti halaman yang enggan dibuka. Di belakangnya, Yukari berjalan dengan napas berat, separuh tubuhnya belum utuh—seperti kenangan yang belum selesai dikembalikan.

Di kiri dan kanan mereka, udara membentuk tirai aksara. Kalimat-kalimat yang tak pernah lengkap. Nama-nama yang dipotong. Ingatan yang hanya berupa koma, tak pernah titik. Suara samar seperti napas kalimat yang belum selesai menembus keheningan.

“Kita ke mana?” tanya Yukari, suaranya nyaris tak terdengar.

“Aku tidak tahu,” jawab Shiro jujur. “Tapi jalannya muncul saat aku menulis... sesuatu yang benar.”

Tiba-tiba, jalan berhenti. Di ujung, melayang sebuah gulungan naskah. Tak bersinar, tak bergema, tapi terasa berat. Shiro mendekat perlahan. Naskah itu terbuka sendiri, menampilkan satu baris:

erased.entry("k_gm")

Shiro terdiam. Yukari menatap baris itu sejenak sebelum berkata lirih, “Mungkin... ini tentang yang hilang dari catatanmu. Bukan olehmu, tapi oleh sesuatu yang lebih besar.”

Tiba-tiba, ruang berdenyut. Udara membelah. Dan dari celah itu muncul sosok baru—berwajah Shiro, namun dingin. Tidak ada cahaya dalam matanya, hanya pantulan logika. Dialah Echo-2.

Echo-2 mengangkat tangannya yang seperti kerangka data—jari-jarinya terbuat dari fragmen baris. Ia menulis langsung di udara. Huruf-hurufnya menyala seperti tinta holografik, baris perintah yang menciptakan realitas alternatif:

script
simulate.world("without_k_gm") { include: airi.happy, world.stable; exclude: k_gm, yukari; note: optimal emotional balance; }

Ruang di sekitar mereka langsung menyatu membentuk taman kecil.

Airi tersenyum cerah. Tak ada beban. Tak ada skrip. Tidak ada tragedi.

“Ini dunia yang ingin kau raih, bukan?” tanya Echo-2. “Dunia yang tidak butuh pengorbanan... karena tak ada yang dikembalikan.”

Shiro menatap sekeliling. Dadanya kosong. Seperti melihat lukisan yang indah tapi tidak berjiwa.

“Kenapa... rasanya tenang tapi mati?” gumamnya.

Echo-2 menghapus dunia itu dengan satu gerakan. Taman lenyap seolah tak pernah ditulis. Ia kembali menulis:

script simulate.world("restore_k_gm") { include: k_gm.return, shiro.bond, kaede.presence; exclude: yukari.exist, airi.saved; warning: instability_detected; }

Dunia meledak dalam sekejap cahaya, lalu membentuk ulang. Kali ini, seorang gadis muncul dari tangga kayu. Rambutnya bergerak pelan, suara tawanya lembut.

“Onii-san!”

Shiro tercekat.

“Kaede...” bisiknya. Kata itu keluar sebelum ia sadar ia mengucapkannya.

Echo-2 menunduk, tenang. “Dua dunia. Dua harga. Tak ada baris yang ditulis tanpa biaya.”

Yukari menggenggam lengan Shiro, tubuhnya mulai berkedip samar. “Jika kau menulis ulang itu... aku akan hilang.”

Shiro memejamkan mata. Dunia mulai retak. Ia menulis dengan tinta biru keunguan:

question.trace("k_gm")

Dan langit pun membuka. Tapi bukan retakan langit—melainkan halaman yang dicoret paksa oleh penulis lain. Dalam potongan cahaya, ia melihat potongan-potongan nama:

K

A

E

D

E

Suara lirih menembus dimensi, seperti nama yang pernah ditiupkan ke dalam hidupnya... dan terhapus.

Echo-2 menatapnya, lalu menulis satu baris terakhir:

observer.shadow.initiated = echo_2

Dan dunia berhenti sejenak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Epilog – Denting Terakhir

DENTING

Bab 2 – Laut yang Tak Lagi Sama