Bab 7 – Naskah yang Terhapus

Langkah Shiro berderak pelan menyusuri jalan putih yang terbentuk dari naskah yang tak pernah dikirim. Setiap pijakan mengeluarkan suara samar, seperti halaman yang enggan dibuka. Di belakangnya, Yukari berjalan dengan napas berat, separuh tubuhnya masih belum utuh, seperti kenangan yang belum selesai dikembalikan.

Di kiri dan kanan mereka, udara membentuk tirai aksara. Kalimat-kalimat yang tak pernah lengkap. Nama-nama yang dipotong. Ingatan yang hanya berupa koma, tak pernah titik. Suara samar seperti napas kalimat yang belum selesai menembus keheningan.

"Kita ke mana?" tanya Yukari, suaranya nyaris tak terdengar.

"Aku tidak tahu," jawab Shiro jujur. "Tapi jalannya muncul saat aku menulis... sesuatu yang benar."

Tiba-tiba, jalan berhenti. Di ujung, tergantung sebuah gulungan naskah, melayang di udara. Tak bersinar, tak bergema, tapi terasa berat. Shiro mendekat perlahan. Naskah itu terbuka sendiri, menampilkan satu baris:

erased.entry("k_gm")

Shiro mundur selangkah. "Itu kode yang sama."

Yukari mendekat. "Mungkin... ini tentang yang hilang dari catatanmu. Sesuatu yang dihapus. Bukan olehmu, tapi oleh sesuatu yang lebih besar."

Tiba-tiba naskah itu bergetar. Aksara pecah ke segala arah. Dari dalamnya muncul sebuah bentuk: makhluk berjubah kata, tubuhnya disusun dari baris-baris coretan, matanya kosong, tapi dadanya menyimpan simbol biru samar yang berkedip.

Shiro menegang. Ia mencoba menulis:

memory.repair("k_gm")

SyntaxError: Object not accessible.

Ia menggertakkan gigi. Tinta di Scriptbook berdenyut marah, tetapi tak menyala.

Yukari bergidik. "Shiro... lihat bentuk tubuhnya. Ia tidak bergerak sebagai makhluk. Ia... terbentuk dari kalimat yang ditunda."

Entitas itu tidak menyerang.

Ia hanya menulis satu baris:

identity.restore(target="k_gm") status: denied (forcefully archived)

Yukari gemetar. "Itu... bukan penolakan biasa. Itu perintah dari sesuatu yang lebih tinggi dari penulis."

"Dunia itu sendiri?"

"Atau yang menjaga tulisannya."

Naskah di sekitar mereka mulai terbakar perlahan. Udara menghitam. Entitas berjubah kata mulai berubah bentuk—menjadi tinggi, lebih tajam, huruf-huruf di tubuhnya menciptakan gema serak:

observer.id: nag_mia
status: executor.of.lost.commands

Shiro menahan napas. Ia membuka Scriptbook. Tinta di tangannya berubah menjadi biru keunguan.

"Aku tak akan membiarkan ingatan itu hilang begitu saja."

Ia menulis:

memory.reclaim("k_gm") barrier.ignore()

Simbol di dada makhluk itu berkedip cepat. Langit di atas mereka mulai retak—tapi retaknya bukan seperti langit pecah. Retaknya seperti halaman yang dicoret paksa oleh penulis lain. Di sela-sela retakan itu, Shiro sempat melihat kilasan siluet seseorang... seseorang yang ia rasakan pernah tertawa untuknya, tapi tak bisa ia ingat.

Yukari menggenggam lengan Shiro. "Jika kau memaksa... kau bisa menulis sesuatu yang tak bisa dikembalikan."

"Tapi jika aku diam... aku tak akan pernah tahu siapa yang hilang."

Makhluk itu mulai mendekat. Tapi tak dengan langkah. Ia meluruh dari satu kata ke kata lain, mendekati mereka bukan sebagai tubuh, tapi sebagai keputusan yang ditunda. Setiap bagian tubuhnya membisikkan kalimat-kalimat yang tak pernah selesai:

"Dia memilih untuk jatuh." "Nama tak dikenal." "Baris tak diizinkan."

Shiro terdiam sejenak. Ia hanya tahu satu hal—bahwa apapun yang menjauh darinya, selalu meninggalkan bayangan. Dan bayangan itu... terasa ditulis oleh tangan lain.

Tanpa berpikir panjang, ia menulis:

script.trace("origin.undefined")

Dan dunia menjawab.

Dengan gema sunyi yang seolah datang dari naskah pertama yang pernah ditulis. Suara-suara kecil memenuhi ruang—seperti halaman dibuka oleh tangan yang bukan milik mereka.

Sebuah lingkaran script biru muncul di udara, menciptakan sebuah jalur menuju ruangan lain. Tepat saat cahaya biru mulai menyelimuti ruang, terdengar satu suara lirih yang menyebut:

"Ka—"

...tapi suaranya terpotong oleh distorsi.

Di atas jalur cahaya, sebuah simbol samar muncul:

author.root = ??? legacy.trace: incomplete

Yukari memegang dada kirinya. Tangannya gemetar. "Kau hampir menulis ulang sesuatu yang bahkan alasannya belum kau pahami."

Shiro menatap jalur itu. "Atau kita hampir mengingat... kenapa harus ada yang dikorbankan."

Makhluk berjubah itu tak mengejar. Ia hanya kembali larut ke baris-baris naskah. Tapi satu baris tertinggal di tempatnya berdiri:

status: watching.

Dari kejauhan muncul baris lain, sebuah entitas selain makhluk berjubah.

Observer.shadow.initiated = echo_2


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Epilog – Denting Terakhir

DENTING

Bab 2 – Laut yang Tak Lagi Sama