BAB 9: Debug Hening
Langit Layer 0 telah robek. Tapi yang menganga bukan langit, melainkan kesadaran. Shiro jatuh terduduk di antara serpihan dunia yang ditulis ulang sebagian. Gulungan aksara menggantung seperti kabut—tak selesai, tak terbaca.
Yukari sudah tak terlihat. Hanya sisa glitch berbentuk siluet transparan di udara.
"Yukari?" Suara Shiro nyaris tak terdengar, seakan ia sendiri ragu sedang memanggil siapa.
Tapi tidak ada jawaban. Hanya gema dari baris yang baru saja ditulis:
observer.shadow.initiated = echo_2
Seseorang telah mengambil alih posisi pengamat. Bukan Shiro. Bukan Yukari. Bukan siapa pun dari dunia permukaan. Echo-2 kini adalah Observer—penyaksi utama dari semua yang ditulis dan tak tertulis.
Shiro berdiri. Tubuhnya limbung, bukan karena luka, tapi karena realitas yang menolak dipijak. Layer 0 mulai menunjukkan gejala debug. Tanda-tanda hening yang tak wajar.
Tidak ada angin. Tidak ada gema. Tidak ada error... dan itu justru menakutkan.
[System Prompt Detected]
user_identity = unstable;
script_permission = revoked;
echo_trace = injected;
initiate_debugger = true?
Sebuah suara muncul, seperti bisikan dalam kode.
“Shiro Kagami. Kau kehilangan hak menulis.”
Muncul sebuah garis cahaya memanjang ke depan, dan dari dalamnya keluar sosok berjubah hitam keabu-abuan. Ia tidak membawa pena, tidak membawa naskah. Tapi tubuhnya dipenuhi simbol debug—seperti terminal berjalan.
“Aku adalah Debugger. Nama sementara: Kuroto En.”
Wajahnya tak bisa dikenali. Tapi setiap kata yang ia ucapkan mengalir bagai perintah.
“Kau telah menyebabkan dua dunia tidak stabil secara bersamaan. Kau adalah leak, Shiro.”
Shiro menggertakkan gigi. “Aku hanya mencoba mengembalikan... sesuatu.”
Kuroto menggeleng pelan. “Kau mencoba mengembalikan sesuatu... tanpa memahami apa yang sebenarnya hilang. Itu lebih berbahaya dari bug. Itu adalah loop tanpa anchor.”
Shiro mengangkat tangan, tinta mulai menggumpal di sekeliling jarinya. Tapi... tidak menyala. Scriptbook-nya menolak terbuka.
error: scriptbook.locked_by(observer)
Echo-2 telah menyegel naskahnya.
Kuroto mendekat, tapi tidak menyerang.
“Kau ingin Kaede kembali. Tapi tahukah kau... siapa yang menulis nama itu pertama kali?”
Shiro terdiam.
“Dan... siapa yang menghapusnya?”
Tiba-tiba, dari balik punggung Kuroto, muncul untaian pita putih yang terbakar perlahan. Di atasnya, tertera satu nama—Kaede Kagami—ditimpa baris merah dengan label:
//deprecated_entry
Kuroto melemparkan pita itu ke Shiro.
“Bawa ini ke Layer Root, jika kau bisa. Tapi hati-hati. Semakin dalam kau turun, semakin besar kemungkinanmu menjadi bagian dari garbage script.”
Shiro menatap pita itu.
Kaede Kagami.
Nama yang nyaris tak berani ia ucapkan.
Nama yang bahkan dunia ini tak lagi mengizinkan untuk ada.
Langit Layer 0 mulai terlipat seperti halaman yang ditutup.
“Kau punya satu pilihan lagi,” bisik Kuroto. “Turun. Atau hilang bersama skripmu yang gagal.”
Komentar
Posting Komentar